Jumat, 26 November 2010

sampai kapanpun gue tetap gue...

hampir genap sebulan, banyak cerita yang mungkin akan menjadi bagian dari sejarah. Mulai dari teman-teman yang sibuk menyusun strategi contek-mencontek, perjuangan menahan kantuk saat mengikuti jam belajar, suasana-suasana yang seakan membangkitkan kembali masa lalu saat di usia belia.


Kemarin, beberapa orang teman sekelas sedikit “protes” dengan cara belajar gue, dan terus terang pernyataan mereka membuat gue merasa perlu untuk merenungkan kembali tentang sikap, perbuatan dan pemikiran selama satu bulan terakhir hingga kemudian gue sampai pada kesimpulan bahwa apa yang gue lakukan masih berada pada garis yang jelas. Kalaupun beberapa orang menilai “aktif”nya gue di kelas sebagai suatu sikap yang berlebihan. gue anggap itu sebagai suatu kewajaran, mengingat mereka tidak mengetahui alasan yang mendasari sikap gue tersebut.

Bicara soal Ambisi, bahkan sejak dulu gue gak pernah berambisi. Hal apapun yang gue lakukan lebih pada bentuk totalitas dan penghayatan pada peran yang sedang Tuhan berikan. Pun ketika saat ini Tuhan memberikan kesempatan untuk kembali bersekolah, tidak sedikitpun terbersit dalam benak bahwa ini gue dapat karena memang perjuangan gue semata.

“ Tuhan pasti akan mencukupi kebutuhan makhluknya .“ sering mendengar kalimat tersebut ?. Kalau boleh memilih, gue lebih suka bersekolah atas biaya pribadi. Tapi apa daya gue ketika dimata Tuhan salah satu kebutuhan gue saat ini adalah bersekolah dan Dia membuka sekaligus memudahkan jalan gue untuk menuju “panggung” yang Dia inginkan?.
Kalimat teman-teman tentang gue yang “sok aktif, terlalu bersemangat, dll “ mungkin ada benarnya. Sifat gue memang sedikit berbeda, gak banyak orang yang bisa memahami pola pikir gue. Untuk urusan “sekolah” saat ini, gue memang memberikan “penekanan” yang keras pada diri sendiri untuk dapat lebih maksimal. Ada beban moral yang sangat besar ketika gue menyadari bahwa gue harus bertanggung jawab pada jutaan orang Indonesia (mungkin juga loe salah satunya) atas “amanat” yang telah diberikan ke gue dan hal itu juga harus gue pertanggung jawabkan di “pengadilan” nanti. Jadi, anggaplah sikap-sikap gue (yang mungkin membuat teman-teman di kelas terganggu ) adalah bentuk tanggung jawab gue dalam mengemban amanat ini.

Dalam hal ini, gue putuskan untuk tetap berpegang pada sikap yang sama seperti ketika gue putuskan untuk menerima tawaran bersekolah lagi. Tentunya dengan semangat yang sama bahwa sebisa mungkin untuk membawa “ lentera” (minimal sinarnya mampu menerangi gue dan orang-orang di sekitar ).
Doakan saya yaaaa….:D

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.