Jumat, 26 November 2010

Hidup tetaplah sebuah pilihan.....

" Lantas, keuntungan apa yang kamu dapat ketika bersama mereka ?. ah !. aku rasa, kamu hanya sedang memperjuangkan sebuah pepesan kosong !. buka mata, banyak hal yang jauh lebih besar dapat kamu lakukan daripada  membuang waktu bersama mereka !. " jelas tergambar guratan kecewa di wajah mbak...

setengah berbisik saya menjawab, " haruskah selalu dengan sebuah alasan ?. haruskah mempertimbangkan keuntungan ?."
lama kita terdiam hingga kemudian malam beranjak menjauh, memisahkan kita dari pertengkaran yang tak semestinya terjadi.

*****************

Jujur, perkataan mbak sangat membekas di benak. apakah memang seperti itulah rumusan hidup yang sebenarnya ?. mempertimbangkan keuntungan sebesar-besarnya.... 
kembali saya membuka lembaran buku   yang mbak dan mereka nilai terlanjur berantakan hanya karena kenaifan saya. ah, ternyata hidup memang selalu berbicara tentang keuntungan. 

Mbak, secara kasat mata saya memang tak mendapat keuntungan apa-apa ketika bersama mereka, merunut dari rumusan hidup " manusiawi" yang mbak jelaskan berkali-kali, saya memang hanya manusia bodoh yang membuang-buang waktu bersama mereka. manusia hidup  menggunakan rumus perkalian, penambahan, pengurangan dan pembagian, itu saya setuju. Tapi tetaplah hidup tidak dihitung dengan kalkulator. idealisme, kenaifan yang mbak sebut  kebodohan  itu saya sebut sebagai sebentuk kecerdasan logika.

mbak, siapa bilang saya tidak menghitung ?. yang membedakannya hanyalah saya lebih berani  untuk langsung menghitungnya kepada sang pemilik hidup. tak terbayangkah di benakmu, betapa besar nilai investasi yang sedang saya tanam saat ini ?. sebuah  proyek maha besar yang tak akan luput sedikitpun dari perhitunganNYA.

jika kalian memilih bekerja keras, maka saya memilih bekerja cerdas. uang, kekuasaan memanglah hal yang sangat dibutuhkan. tapi sebagai orang yang berkali-kali berada di ujung " kematian" , rasanya terlalu singkat jika hidup hanya diisi dengan orientasi seperti itu. saya sangat memahami niat baik mbak, hanya saja jiwa saya terlalu bebas untuk hidup sebagai  manusia " rata-rata ".
saya pernah berada di titik yang jauh lebih tinggi dari posisi mbak saat ini, dan ternyata hal tersebut tidak juga membuat saya merasa beruntung.  hidup adalah sebuah lingkaran, kita hanya perlu menjaga agar lingkaran itu tetap stabil berputar, tak terlalu cepat tapi juga tak lambat. 
mbak,  sebagai manusia, batas saya hanyalah meluruskan niat dengan sebaik-baiknya, memudahkan jalan orang-orang di sekitar saya, berbagi cahaya tidak akan membuat saya terjebak dalam kegelapan.
itu saja mbak, selebihnya saya serahkan pada Tuhan karena DIA yang lebih tahu mana yang pantas untuk saya.

sepuluh tahun terakhir telah saya habiskan dengan pengembaraan panjang, inilah pilihan saya. dan saya memilih untuk tidak menggunakan kalkulator sebagai "alat" hidup saya. berharap  tak mengenal lelah ketika  mengawal mentari menebar cahaya, menjamahi jiwa-jiwa sunyi.......

Jakarta : 01112010:1331

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.